Manusia dan Optimisme
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah
orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman. (QS Ali ‘Imran [3]: 139).
Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa kita tidak boleh
bersedih dan bersikap lemah karna sesungguhnya kita sebagai orang yang beriman
adalah orang yang tinggi derajatnya. Secara tersirat dalam ayat tersebut telah
menyuruh kita sebagai seorang muslim yang beriman untuk bersikap dan bersifat
optimis.
Dalam sebuah riwayat juga telah disebutkan bahwa: Dari Abu
Hurairah, ia berkata, ''Telah bersabda Rasulullah SAW: Mukmin yang kuat lebih
baik dan lebih disukai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah, tetapi di
tiap-tiap (seorang Mukmin) itu ada kebaikan, beringinlah (optimistis) kepada
apa-apa yang memberi manfaat.'' (HR Bukhari).
Dari kedua acuhan tersebut telah jelas bahwa optimistis merupakan
sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya seorang Muslim. Karena
dengan optimistis, langkah kita akan tegar menghadapi setiap cobaan dan menatap
masa depan penuh dengan keyakinan. Karena garis kehidupan setiap manusia sudah
ditentukan-Nya. Dan kita sebagai seorang muslim akan selalu berusaha semaksimal
mungkin mencapai cita-cita dengan penuh keikhlasan karena Allah.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
yang muncul dari makalah ini adalah:
a.
Apakah
pengertian dari optimisme?
b.
Apakah
pengaruh sikap optimisme bagi kehidupan manusia?
c.
Kepada
siapa sajakah kita harus bersikap optimis?
d.
Bagaimana
cara kita menumbuhkan sifat optimis?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PengertianIslam
dan Optimisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa arti
optimis: orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi
segala hal.
Optimisme memiliki dua pengertian. Pertama, optimisme adalah
doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan yang lebih
bagus untuk kita. Kedua, optimisme
berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi, peristiwa atau hasil yang
lebih bagus. Atau optimis juga berarti kita meyakini adanya kehidupan yang
lebih bagus dan keyakinan itu kita gunakan untuk menjalankan aksi yang lebih
bagus guna meraih hasil yang lebih bagus.
Dapat juga dipahami sebagai paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari
segi yang baik dan menyenangkan atau diartikan suatu sikap selalu mempunyai
harapan baik dalam segala hal.
Optimistis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang
dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimistis, seseorang akan bersemangat
dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun kehidupan di
akhirat kelak.
B.
Pengaruh
Sifat Optimisme
Pengaruh
dari sifat optimisme bagi kehidupan manusia antara lain adalah
Pertama, optimisme dapat menumbuhkan cinta akan kebaikan di dalam
diri manusia dan memunculkan perkembangan baru atau trobosan-trobosan baru dalam
pandangannya tentang kehidupan.
Kedua, optimisme mampu mengurangi sejumlah permaslahan dalam kehidupan manusia. Karena orang
tersebut akan mempunyai inisiatif-inisiatif dalam sosusi masalah yang
dihadapinya. Wajah-wajah orang yang meniliki sifat optimis akan memancarkan
kebahagian dan kepuasan dalam segala situasi dan kondisi.
Ketiga, orang yang menjadikan sifat optimis sebagaibagian
dari kehidupannya, maka akan tumbuh kepercayaan di antara anggota masyarakat.
Dan kepercayaan tersebut yang akan memulihkan dan memajukan umat dan bangsa
yang sudah krisis akan kepercayaan dan moral.
Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna
mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di
akhirat. Dengan adanya sikap optimistis dalam diri setiap Muslim, kinerja untuk
beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan
baik. Doa, ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya
dengan kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud.
C.
Bersikap
Optimis dan Positif
Kita harus mampu menerapkan sikap optimis dalam diri kita pada
kehidupan sehari-hari.Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita
juga harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri. Berpikir
positif tidak hanya kepada Allah SWT tetapi juga kepada diri sendiri, orang
lain, dan waktu.
1.
Berpikir
Positif Kepada Sang Pencipta.
Setiap kejadian, di dunia ini telah Allah atur dengan secermat-cermatnya
dan semuaperistiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Oleh
sebab itu, semua kembali kepada kita.Bagaimana kita menyikapi setiap kejadian
itu sebagai seorang muslim melalui akal dan pikiran yang dilandasi dengan
ilmu-ilmu Allah. Kemudian kita mengambil pelajaran dari setiap kejadian
tersebut dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku sehari-hari.
2.
Berpikir
Positif Terhadap Diri Sendiri
Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena
bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada
saja perbedaan antara keduanya. Sifat dan pribadi unik itu, harus kita jaga.
Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita
dalam menjalani kehidupan ini. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau
diri kita sendiri meremehkan dan tidak ‘mengangkatnya’.
Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia
ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel
sperma yang disemprotkan Bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus
dinding telur Ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, “sang juara”. Hal
ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani
hidup ini.
3.
Berpikir
Positif Pada Orang Lain
Orang lain ialah manusia biasa yang sama dengan kita. Mereka mempunyai
kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nurani mereka sendiri juga tidak
menginginkannya. Kita harus dapat belajar dari sisi positiforang lain dan
menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.
4.
Berpikir
Positif Pada Waktu
Setiap manusia diberi waktu yang sama, dimana pun dia berada. Waktu
tidak akan kembali dan tidak akan protes kita gunakan untuk apa saja. Namun,
setiap detik dalam hidup kita akan diminta pertanggungjawabannya kelak nanti.
Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh atau kebaikan
dan berada dalam keimanan, maka akan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Untuk memaksimalkan potensi optimisme yang ada pada diri seseorang,
kuncinya adalah diri kita perlu dibangun dengan kebiasaan positif setiap saat. Dan kita berdoa, agar Sang Penguasa diri ini
memberi kemampuan kepada kita untuk membangun pribadi yang tangguh dan pantang menyerah.
D.
Cara
menumbuhkan sifat optimis
1.
Bertawa kepada Allah setelah
melakukan ikhtiar.
Setelah kita
berusaha dengan semaksimal mungkin, maka kemudian kita harus bertaqwa kepada
Allah SWT karena berusaha tanpa berdoa kepada Allah SWT sebagai Maha Pencipta
merupakan sebuah tindakan yang sombong. Namun apabila kita berdoa namun tidak
berusaha maka hal tersebut sama saja bohong karena tidak ada usaha sedikitpun
dari kita. Jadi setelah kita berusaha dengan sungguh-sunggu maka waktunya
adalah bertaqwa dan menyerahkan semua hasil dari usaha kita kepada Allah SWT
disertai dengan sifat optimis sebagi penguatnya.
2.
Meyakinkan diri kita bahwa Allah SWT akan selalu
menolong dan memberi jalan keluar.
Sebagai
seorang muslim kita harus yakin kepada Allah SWT bahwa Allah akan menolong kita
dan memberkan kita jalan keluar disetiap permasalahan yang kita hadapi. Karena
janji Allah bahwa “Allah tidak akan menguji suatu kaum melebihi batas
kemampuannya”. Jadi sebagai seorang
muslim kita harus selalu bersikap optimis apabila kita sedang ditimpa musibah.
Kita harus yakin bahwa musibah itu pasti dapat kita lalui karena Allah menolong
kita dan memberikan jalan kepada kita sesuai dengan janji-Nya
3.
Menemukan hal-hal positif dari
pengalaman kita di masa lalu.
“Pengalaman
adalah guru yang terbaik” itu adalah ungkapan pepatah yang sering kita dengar. Dari
pepatah tersebut kita dapat mengambil hikmahnya bahwa dalam setiap pengalaman
kita akan mendapatkan hal-hal yang positif dan negatif. Setelah kita mengetahui
hal positif dan negatif tersebut kemudian kita harus dapat menarik kesimpulan
dengan menjadikan hal yang baik sebagai uswatun hasanah dan yang negatif
sebagai pelajaran.
4.
Mengubah pandangan diri kita
terhadap kegagalan.
“Kegagalan
adalah kunci keberhasilan” atau “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.
Kedua ungkapan tersebut menggambarkan bahwa kita tidak boleh meratapi
kegagalan, namun kita harus mengubah pandangan kita tentang kegagalan yaitu
bahwa kita tidak boleh hanya meratapi kegagalan itu saja namun juga harus
mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut dan kita dapat menjadikannya
pengalaman dan sebagai motivasi bagi kita untuk meraih kesuksesan yang tertunda
tersebut. Serta optimis dari dalam diri kita sendiri untuk mengubah kegagalan
tersebut menjadi sebuah keberhasilan.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Optimistis
merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam Islam.
Dengan sikap optimistis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan,
baik demi kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak.
Pengaruh
dari sifat optimisme bagi kehidupan manusia antara lain adalah
·
dapat menumbuhkan cinta akan
kebaikan di dalam diri manusia dan memunculkan perkembangan baru atau
trobosan-trobosan baru dalam pandangannya tentang kehidupan.
·
mampu mengurangi sejumlah
permaslahan dalam kehidupan manusia.
·
akan tumbuh kepercayaan di antara
anggota masyarakat yang akan memulihkan dan memajukan umat dan bangsa yang
sudah krisis akan kepercayaan dan moral.
Setelah mampu
bersikap optimis, kemudian membiasakan berpikir secara positif dan percaya
diri. Berpikir positif tidak hanya kepada Allah SWT tetapi juga kepada diri
sendiri, orang lain, dan waktu.
Cara
menumbuhkan sifat optimis adalah dengan bertakwa kwpada ALLAH SWT, meyakinkan
kepada diri kita bahwa ALLAH SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar
kepada kita pada setiap permasalahan, menemukan hal positif dalam masa lalu
kita, dan mengubah pandangan kita terhadap kegagalan.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Munandar, Sulaeman. 1998. Ilmu Budaya Dasar Suatu
pengantar. Bandung: PT.Refika Aditama.
Widagdo, Joko. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
http://www.miqra.blogspot.com
Thursday, January 10, 2013 | Labels: manusia | 0 Comments
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Hubungan
Pendidikan dengan Filsafat
Berbicara
tentang sejarah timbulnya filsafat sangat terkait dan bersamaan dengan
pembicaraan manusia, karena sesungguhnya usia filsafat sama tuanya dengan usia
manusia.[1] Karena pada dasanya manusia merupakan jenis makhluk yang berfilsafat
sesuai dengan potensi rasio (akal) yang dimilikinya. Selain itu, manusia harus
memiliki pendidikan karena pendidikan merupakan sebuah proes pembelajaran bagi
seseorang dan dari sanalah terdapat perbedaan antara manusia dengan
makhluk-makhluk lainnya. Oleh karena itu manusia harus mempunyai potensi
mendidik dan di didik.
Dengan akal manusia dapat
berpikir dan memikirkan diri dan lingkungannya, dan ketika itulah proses
berfilsafat bermula. Proses itu akan berhenti manakala manusia telah memiliki
pengetahuan tentang apa yang dia pikirkan dengan lahirnya ilmu. Hal ini sesuai
dengan fungsi filsafat sebagai alat analisis yang digunakan manusia dalam
mengamati gejala dan kenyataan.
Beberapa ahli Beerling dan Plato
mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban menyaksikan keindahan dan
kerahasian alam semesta dan kemudian menimbulkan pertanyaan dan keingintahuan.
Pertanyaan itu pun membutuhkan jawaban dan bila pemikir menemukan jawaban,
jawaban itu dipertanyakan lagi karena ia selalu sangsi pada kebenaran yang
diungkapkan.[2]
Sedangkan secara harfiyah,
filsafat berarti “Cinta kepada ilmu”. Filsafat berasal dari kata “Philo”
yang berarti “cinta” dan “Sophos” berarti “ilmu/hikmah”.
Secara historis, filsafat berarti menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang
berkembang sejak zaman Yunani Kuno sampai zaman modern sekarang.[3]
Istilah pendidikan berasal dari
bahasa Yunani “paedagogic” yang akar katanya “pais” yang berarti
anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi, “paedagogic” berarti
membimbing yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris pendidikan
diterjemahkan menjadi “Education”. Education berasal dari bahasa Yunani
“educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak,
untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Soeganda Poerbakawatja dalam
“Ensiklopedi Pendidikan” menguraikan pengertian pendidikan dalam artinya yang
luas, bahwa semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya (orang
menamakan hal ini dengan “mengalihkan” kebudayaan) kepada generasi muda,
sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani
maupun rohani. Dapat juga dikatakan bahwa pendidikan itu adalah usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan maupun memikul tanggung jawab moril dari
segala perbuatannya.[4]
Sedangkan, filsafat pendidikan
memiliki banyak pengertian dari beberapa ahli, antara lain:
- John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya piker maupun daya perasaan, menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa, maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. John Dewey memandang bahwa filsafat memiliki hubungan dengan pendidikan, karena filsafat memiliki tugas yang sama dengan pendidikan yaitu sama-sama memajukan kehidupan manusia. Kalau ahli filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan startegi pembentukan manusia, sedangkan ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan taktik (cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui proses kependidikan.
- Thomson, mengartikan filsafat melihat seluruh masalah tanpa ada batas atau implikasinya. Filsafat dipandang sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang harus diungkapkansecara menyeluruh dan bulat.
Para ahli juga ada mengemukakan
beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan Islam adalah antara lain
sebagai berikut:
- Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani, mengartikan bahwa usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan.
- Hasil Rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan islam sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmanimenurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam.
Jadi, dari beberapa pernyataan
diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat sangat erat hubungannya dengan
pendidikan. Karena filsafat itu ada berdasarkan pemikiran manusia yang selalu
merasa takjub melihat sesuatu serta memiliki rasa ingin tau yang tinggi dan
tidak pernah puas. Selain itu, manusia juga membutuhkan pendidikan karena
manusia pada saat lahir membawa potensi tetapi potensi tersebut belum terpola.
Pendidikan merupakan alat pembeda antara manusia dengan makhluk-makhluk
lainnya.
Sedangkan, pendidikan merupakan
suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena dimanapun dan
kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk
membudidayakan manusia. Hakikat pendidikan ini tidak akan terlepas dari hakikat
manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia.
Dari penjelasan diatas, kita bisa
mengetahui bagaimana hubungan atau kaitan filsafat dengan dunia pendidikan.
Filsafat dan pendidikan ini memiliki kaitan dan hubungan yang sangat erat
sekali, mereka memiliki objek yang sama yaitu manusia.
- B. Kompetensi Guru
Secara Etimologi, istilah
kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence. Kata competence
diartikan dengan kecakapan, kemampuan, dan wewenang. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata kompetensi berarti sebagai wewenang atau kekuasaan
untuk menentukan dan memutuskan sesuatu.
Selain itu, secara Etimologi
kompetensi juga berarti kemampuan atau kecakapan yang dimiliki oleh seorang
guru sehingga mempunyai wewenang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.[5]
Secara Terminologi, istilah
kompetensi diartikan berbeda-beda oleh para ahli:
- Zakiah Daradjat mengartikan kompetensi sebagai kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu.
- Robert Houston mengartikan kompetensi dengan kemampuan yang memadai untuk melaksanakan tugas yang disertai denagn kemampuan, keterampilan dan kecakapan yang dituntut untuk itu.
- Nana Sudjana mengartikan kompetensi merupakan kemampuan dasar yang disyaratkan untuk memangku suatu profesi.
Jadi, berdasakan dari pendapat
para ahli dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
suatu kemampuan yang dimilikioleh seseorang baik berupa ilmu pengetahuan,
keterampilan maupun kecakapan yang merupakan syarat untuk dapat melakukan suatu
profesi atau pekerjaan.
Guru sebagai pendidik merupakan
pekerjaan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus untuk melakukannya. Pada
dasarnya tugas guru sebagai pendidik meliputi mendidik yang berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Dalam Undang-Undang RI No. 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru, yaitu sebagai berikut:[6]
- Kompetensi Personal (Kepribadian)
Kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa dan berwibawa, menjadi
teladan bagi mahasiswa dan berakhlak mulia. Bagi seorang guru
kompetensikepribadian ini tidak bisa dinafikkan keberadaannya karena
kepribadian dapat menentukan apakan guru menjadi pendidik atau Pembina yang
baik atau malah menjadi perusak peserta didiknya dan menghancurkan masa depan
peserta didiknya yang merupakan generasi penerus hari depan, baik yang masih di
sekolah dasar maupun yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (remaja).
Menurut Imam Al-Gazali yang
dikutip oleh M. Athiyah al-Abrasyi, bahwa guru sebagai pendidik agar memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
- Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap siswanya dan memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka terhadap anaknya sendiri.
- Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi mencari keridhaan Allah.
- Mencegah siswa dari berakhlak yang tidak baik dengan cara yang lemah lembut.
- Memperhatikan tingkat pemikiran mereka dan berbicara sesuai dengan kemampuan mereka.
- Jangan timbulkan rasa benci pada diri siswa terhadap satu cabang ilmu, tetapi bukakan jalan bagi mereka untuk cabang ilmu tersebut.
- Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatan.
- Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik atau siswa yang meliputi
pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik memuat
pemahaman akan sifat, ciri anak didik atau siswa dan perkembangannya. Dengan
demikian, kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dibidang
pengetahuan yang diajarkannya dan ahli dalam tugas mendidik.
- Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar pendidikan nasional. Seorang guru dapat dinilai
berkompetensi secara professional apabila:
- Guru mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya
- Guru mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil
- Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan Pendidikan Nasional
- Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses pembelajaran dikelas
Dalam kompetensi profesional yang
harus dimiliki seorang guru profesional adalah sebagai berikut:
- Menyusun Program Pengajaran (membuat perencanaan program belajar mengajar)
Perencanaan pengajaran merupakan
suatu disiplin yang sangat berkaitan sekali dengan upaya pengembangan
pengetahuan tentang bermacam metode pengajaran dan mengkombinasikan
metode-metode tersebut secara optimal pada situasi yang tepat kapan seharusnya
metode-metode tersebut digunakan.
- Melaksanakan Program Pembelajaran
Ada sepuluh kompetensi dasar yang
berhubungan dengan proses pembelajaran:[7]
- Menguasai bahan yang akan diajarkan
- Mengelola program belajar mengajar
- Mengelola kelas
Mengelola kelas adalah satu tugas
guru yang tidak pernah ditinggalkan.pengelolaan kelas dimaksudkan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[8]
- Menggunakan media atau sumber belajar
- Menguasai landasan-landasan kependidikan
- Mengelola interaksi belajar mengajar
- Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
- Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan disekolah
- Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
- Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
- Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran
Melalui kegiatan ini seorang
pendidik akan mengetahui, apakah kegiatan yang dilakukan sudah mencapai sasaran
atau tidak. Ini merupakan tahapan yang sangat penting sekali untuk dilakukan.
- Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah
kemampuan guru dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial, baik sebagai
tenaga profesional maupun sebagai warga masyarakat. Hal-hal yang harus
dilakukan pendidikan agama islam dalam kompetensi sosial adalah:
-
Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
-
Berinteraksi dengan masyarakat untuk pelaksanaan misi masyarakat.
- C. Interaksi Guru dan Murid
Sebelum kita membahas pada
interaksi guru dan murid, sebelumnya kita harus memahami dulu kondisi peserta
didik. Peserta didik maksudnya disini adalah orang yang sedang berada dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan
dan perkembangan merupakan ciri seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari
seorang pendidik. Sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk
mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi susila yang cakap.
Dalam perspektif Undang-Undang
sistem pendidikan nasional no.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “Peserta didik
diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik itu
memiliki sejumlah karakteristik, antara lain:
- Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahinya pada penyesuaian dengan lingkungannya.
- Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
- Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Berdasarkan penjelasan diatas
kita dapat mengetahui bahwasannya peserta didik memiliki banyak karakter,
sedangkan ilmu filsafat mempelajari tentang ilmu jiwa. Jadi, disini kita dapat
mengetahui bahawasannya pendidikan juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan
dengan filsafat. Karena jika seorang pendidik memiliki pengetahuan tentang ilmu
jiwa maka pendidik akan bisa mengetahui kurang lebihnya bagaimana karakter
seorang peserta didik tersebut, serta bagaimana kondisi dan jiwa anak tersebut.
Pendidik juga bisa melihat apakah anak tersebut memiliki masalah atau gangguan
lainnya. Selain itu, pendidik juga dapat melihat bakat yang ada para diri
individu masing-masing peserta didik.
Selain karakter peserta didik
juga memiliki kebutuhan dan ini juga merupakan jalan untuk melakukan interaksi
antara pendidik dengan peserta didik atau yang sering disebut guru dengan
muridnya. Kebutuhan tersebut terbagi atas:
- Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan
kebutuhan dasar setiap individu manusia yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan
dan pendidikan. Kebutuhan jasmani murid yang harus mendapatkan perhatian dari
guru di sekolah adalah: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan
jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila
kebutuhan jasmani ini tidak terpenuhi, selain mempengaruhi pembentukan pribadi
dan perkembangan psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh
terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan jasmani peserta
didik, sekolah melakukan upaya-upaya seperti:
ü Memberikan pemahaman
terhadap peserta didiktentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur
ü Menanamkan kesadaran
kepada peserta didik untuk mengosumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan
vitamin tinggi
ü Memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk beristirahat
ü Member pendidikan jasmani
dan latihan-latihan fisik seperti olahraga
ü Menyediakan berbagai
sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak
bebas, bermain, berolahraga, dsb
ü Merancang bangunan
sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan percahayaan, serkulasi udara, suhu
dsb. Yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman
ü Mengatur tempat duduk
peserta didik didalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masisng-masing.
- Kebutuhan Pribadi
Anak didik memiliki dorongan
untuk memuaskan keinginan untuk mengetahui sesuatu, untuk menyatakan pikiran
dan perasaannya dengan jalan bahasa, pekerjaan, lukisan, seni, suara, dll.
- Kebutuhan Sosial
Manusia adalah makhluk yang tidak
lepas dari masyarakat, setiap masyarakat harus hidup dalam hubungan yang erat
dengan orang lainuntuk mencapai kebahagiaannya, membimbing anak agar ia menjadi
makhluk sosial yaitu suatu fungsi sekolah yang sangat penting.
- Kebutuhan Psikologi
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan kasih sayang
- Kebutuhan akan penghargaan
- Kebutuhan akan rasa bebas
- Kebutuhan akan rasa sukses
- Kebutuhan akan agama
Selain itu peserta didik juga
memiliki sifat-sifat yang dapat oleh seorang pendidik melalui ilmu filsafat
yang terdapat didalam diri pendidik. Seorang pendidik yang baik atau yang
sering disebut dalam dunia pendidikan seorang pendidik yang profesional adalah
pendidik yang bisa mengerti dan memehami bagaimana seorang pendidik. Seorang pendidik
itu mengerti bgaimana sifat, karakter, kebutuhan serta juga harus melakukan
pendekatan-pendekatan.
Sifat-sifat peserta didik adalah
sebagai berikut:
-
Kelemahan dan ketidak berdayaan
Kelemahan adalah jasmani dan
rohaninya, sedangkan ketidak berdayaan tersebut dikarenakan kemampuan dan
potensi dirinya belum berkembang.
-
Berkemampuan untuk berkembang
-
Ingin menjadi diri sendiri
Selain adanya hak, seorang
peserta didik juga ada berbagai sifat yang mencerminkan sikap seorang yang
terdidik yaitu berbudi dan berakhlak mulia, sebagai manusia yang berpendidikan,
baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat.
Disini peserta didik harus
bersifat sebagai berikut:
-
Mematuhi semua peraturan yang berlaku
-
Menghormati tenaga pendidikan
-
Ikut memelihara sarana dan pra sarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan
satuan kependidikan yang bersangkutan.
Karena peserta didik memiliki
kebutuhan dan sifat yang berbeda-beda, maka seorang pendidik juga harus memiliki
pemahaman mengenai bagaimana cara pendekatan dan metode untuk menghadapi
peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pendekatan ini kita
juga bisa melakukan interaksi dengan peserta didik.
Yang dimaksud dengan pendekatan
pembelajaran adalah suatu bentuk titik tolak atau sudut pandang kita dalam
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya terjadi proses mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, dalam
pembelajaran pendekatan terhadap peserta didik terbagi menjadi 2, yaitu:
- Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
- Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
Selain itu ada beberapa
pendekatan yang sering digunakan dalam pendidikan:
- Pendekatan Tujuan Pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada
tujuan akhir pembelajaran yang akan dicapai, dengan pendekatan ini seorang
pendidik akan melakukan interaksi yang dirancang bertujuan untuk keberhasilan
suatu tujuan.
- Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konsep berarti peserta didik dibimbing memahami suatu bahasan melalui
pemahaman konsep yang terkandung didalamnya.
- Pendekatan Lingkungan
Penggunaan pendekatan ini berarti
mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan dijadikan
sebagai salah satu sumber dalam belajar.
- Pendekatan Inkuiri
Penggunaan ikatan inkuiri adalah
mengajarkan peserta didik untuk mengendalikan sesuatu yang dihadapinyaketika
berhubungan dengan dunia fisik.
- Pendekatan Proses
Penggunaan pendekatan proses
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses.
- Pendekatan Interaktif
Pendekatan ini merupakan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan kemudian melakukan
penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
- Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan ini berangkat dari
masalah yang dipecahkan melalui pratikum atau pengamatan. Pendekatan ini
memiliki dua versi, versi yang pertama yaitu siswa dapat menerima saran tentang
prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun
serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Sedangkan, versi
yang kedua adalah hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang
pemecahannya sendiri.
- Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini intinya yaitu
memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Dengan memperhatikan peserta
didik tersebut dengan baik, maka tanpa sengaja telah terjadi interaksi antara
peserta didik dengan pendidik yang tanpa disadari. Interaksi ini akan selalu
terjalin baik apabila seorang pendidik memperhatikan bagaimana perkembangan
pribadi jiwa peserta didiknya. Selain itu, semua hal diatas juga sangat
berhubungan dengan pendekatan yang harus dilakukan seorang pendidik, karena
dengan jalan pendekatan ini seorang pendidik bisa menilai serta memahami dan
mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan peserta didik tersebut. Begitupun
sebaliknya, semua tindakan diatas juga sangat berhubungan dengan ilmu filsafat
karena pada tindakan ini kita memerlukan penilaian tentang ilmu jiwa seorang
peserta didik. Dan ilmu yang membahas atau mengkaji tentang ilmu jiwa adalah
ilmu filsafat, maka sebab itu ilmu filsafat sangat memiliki peranan dan
hubungan yang sangt erat sekali dengan ilmu pendidikan. Karena seorang pendidik
harus selalu mengetahui atau memantau bagaimana kondisi perkembangan peserta
didiknya.
Intinya disini, ilmu filsafat
sangat diperlukan sekali oleh pendidik karena ilmu filsafat merupakan ilmu jiwa
dan sedangkan pendidik harus memperhatikan perkembangan peserta didiknya. Dan
penilaian itu akan dilakukannya dengan menggunakan pengkajian ilmu filsafat.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pendidik terlebih dahulu harus
memperhatikan kebutuhan dan sifat-sifat peserta didik dan semua itu dengan
jalan melakukan pendekatan-pendekatan. Dan apabila, semua langkah-langkah
tersebut telah dilakukan oleh pendidik, maka dengan mudah pendidik akan
mengetahui bagaimana keadaan peserta didiknya tersebut, baik dari fisik maupun
non fisik. Seorang pendidik akan mengetahui jika seprang peserta didik itu
memiliki masalah atau gangguan lainnya dan maupun kesulitan-kesulitan lainnya.
Dan jika seorang pendidik yang profesional telah menemukan hal tersebut, maka
pendidik tersebut akan melakukan tindakan untuk membantu dan membentuk peserta
didiknya tersebut menjadi lebih baik dan keluar dari masalahnya tersebut.
Disini juga terjalin salah satu interaksi yang sangat baik selain dalam proses
belajar mengajar.
- D. GURU SEBAGAI PENDIDIK
Menurut Prof. Dr. Zakia Drajat
dkk (1992:41) tidak sembarangan orang yang dapat menjadi guru, tetapi harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
- Taqwa kepada Allah SWT
- Berilmu
- Sehat jasmani
- Berkelakuan baik
Selain itu seorang guru juga
memiliki sifat-sifat untuk menjadi seorang pendidik yang baik.
-
Seorang guru hendaknya bersifat adil
-
Guru hendaknya percaya dan menyayangi murid-muridnya
-
Guru hendaklah memiliki sifat sabardan rela berkorban
-
Guru hendaklah mempunyai kewibawaan
-
Guru hendaklah periang dan gembira
-
Guru mempunyai sifat ramah tamah terhadap sesama guru
-
Guru hendaklah disenangi dan menyenangkan masyarakat
-
Guru harus menguasai mata pelajarannya
-
Guru harus menyukai mata pelajaran yang diajarkannya
-
Guru hendaklah mempunyai pengetahuan yang luas
Menurut Prof. Dr. Asnawir,
seorang guru sebagai pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab, antara lain
sebagai berikut:
- Tugas dan tanggung jawab dengan anak didik berupa mengarahkan, membimbing dan membenahi kekurangankekurangan peserta didik dan mendidiknya menjadi manusia dewasa, sempurna, sehat jasmani dan rohani.
- Tugas dan bertanggung jawab dengan guru lain, seperti menjalin hubungan baik dan bekerja sama dalam mengarahkan dan mendidik siswa
- Tugas dan tanggung jawab dengan atasan, hal ini bertujuan agar tidak terjadinya hubungan yang tidak menyenangkan
- Tugas dan tanggung jawab dengan orang tua murid, atau dengan masyarakat
Menurut Al-Ghazali dalam buku
Muhaimin tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah SWT.
Beberapa tanggung jawab guru
sebagai pendidik, antara lain:
- Seorang guru harus menuntun peserta didik
- Turut serta merancang kurikulum sekolah
- Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, jasmaniah)
- Memberikan bimbingan pada peserta didik
- Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan menjadikan penilaian atas kemauan belajar
- Menyelenggarakan penelitian
- Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
- Menghayati dan mengamalkan Pancasila
- Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
- Turut menyukseskan pembangunan
- Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru
Seorang pendidik yang baik juga
harus memiliki atau mempunyai sifat yang baik agar bisa menjadi panduan atau
contoh yang baik untuk peserta didiknya. Karena peserta didik akan mencontoh
tindakan gurunya, apa lagi bila kita mengajar di sekolah dasar atau tingkat
bawah yang mana anak-anak pada masa ini dalam masa pembentukan dan pengenalan
lingkungan. Seperti ada ungkapan yang mengatakan “guru kencing berdiri, anak
kencing berlari”, maksud ungkapan tersebut adalah bahwasannya dalam ungkapan
tersebut menggambarkan bagaimana seorang anak atau peserta didik akan
mendapatkan dampak yang sangat jauh buruknya. Seorang peserta didik akan
memiliki tingkah laku atau tingkat kenakalan yang sangat tinggi atau sangat
buruk sekali. Bagi anak yang dalam masa pertumbuhan atau yang tingkat dasar,
mereka akan menganggap seorang guru itu idola mereka jadi apapun perbuatan guru
tersebut akan menjadi pedoman atau acuan untuk kedepannya maka kita harus
memiliki sifat yang baik juga sebagai pendidik.
Disini kita juga bisa menggunakan
kajian ilmu filsafat, selain kita memberikan contoh yang baik kepada peserta
didik sebelumnya pendidik terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana pribadi
seorang peserta didik tersebut. Karena pribadi setiap orang itu berbeda-beda,
selain itu setiap orang itu juga memiliki masalah dan latar belakang yang
berbeda. Jadi seorang guru tersebut harus menilai bagaimana pribadi setiap
peserta didik dan kemudian melakukan pendekatan-pendekatan agar bisa menjadi
panutan yang baik bagi peserta didik.
Jadi intinya dari semua uraian
penjelasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwasannya ilmu kajian filsafat
sangat berkaitan sekali dengan dunia pendidikan. Karena memiliki objek
pembentukan yang sama, yaitu manusia. Selain itu dalam dunia pendidikan kajian
ilmu filsafat sangat dibutuhkan sekali oleh pendidik untuk mengetahui, memahami
dan mempelajari tentang jiwa, karakter serta pribadi seorang peserta didik.
Apabila seorang pendidik telah
bisa melakukan tindakan penilaian tersebut maka pendidik tersebut akan
mengetahui bagaimana yang harus dilakukan peserta didik tersebut, agar peserta
didik tersebut bisa keluar dari masalah-masalahnya. Seorang pendidik juga harus
bisa menjadi panutan bagi peserta didiknya, agar membentuk atau menghasikan
peserta didik yang baik yang bisa menghadapi perkembangan ke depannya.
[1] Dr. Hasan Bakti Nasution, M.A. Filsafat Umum,(Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), h. 6
[2] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales
sampai Capra, (Bandung:Remaja Rosdakarya Offset, 2000) h.14
[3] Prof. H. M. Arifin, M.Ed. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.
Bina Aksara,1987), h. 1
[4] Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), h. 120
[5] Sasmi Nelwati, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: IAIN IB Padang,
2006), Hal. 86-87
[6] Ibid. Hal. 117
[7] Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakart: PT.
RajaGrafindo Persada, 2010), Hal. 164-179
[8] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), Hal. 195-196
Thursday, January 10, 2013 | Labels: filsafat | 0 Comments
Subscribe to:
Posts (Atom)
about me
Ley's. Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2013
(39)
-
▼
January
(31)
- Manusia dan Optimisme
- PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF FILSA...
- Agama Dan Lingkungan
- Teori dan Studi Kepemimpinan
- Kepemimpinan Umar bin Khattab Khalifah Ke-Dua (634...
- Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
- HUBUNGAN SYARI’AH & TASAWUF
- HAKEKAT PEMBINAAN AKHLAK TASAWUF
- KOMPONEN AKHLAK TASAWUF
- LATAR BELAKANG TIMBULNYA STUDI TENTANG AKHLAK TAS...
- SUMBER-SUMBER AKHLAK TASAWUF
- PEMBAHASAN TASAWUF
- PEMBAHASAN AKHLAK
- Pentingnya Akhlak
- Akhlak Di Kampus Menurut Agama, Etika, dan Budaya
- PEMBENTUKAN AKHLAK TERPUJI KEPADA ANAK
- Pendidikan Karakter
- Makalah Intelegensi
- PENDIDIKAN MORAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN
- HADIS DAN PENGERTIANNYA
- Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
- KURIKULUM SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH IBTID...
- Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang STANDAR PRO...
- Pengelolaan Pendidikan Taman Kanak-kanak
- PANDUAN KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK M...
- MANUSIA PARIPURNA
- ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME
- Makalah Rasa Agama
- Akhlak
- ADMINISTRASI KURIKULUM
- ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
-
▼
January
(31)