Manusia dan Optimisme
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah
orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman. (QS Ali ‘Imran [3]: 139).
Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa kita tidak boleh
bersedih dan bersikap lemah karna sesungguhnya kita sebagai orang yang beriman
adalah orang yang tinggi derajatnya. Secara tersirat dalam ayat tersebut telah
menyuruh kita sebagai seorang muslim yang beriman untuk bersikap dan bersifat
optimis.
Dalam sebuah riwayat juga telah disebutkan bahwa: Dari Abu
Hurairah, ia berkata, ''Telah bersabda Rasulullah SAW: Mukmin yang kuat lebih
baik dan lebih disukai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah, tetapi di
tiap-tiap (seorang Mukmin) itu ada kebaikan, beringinlah (optimistis) kepada
apa-apa yang memberi manfaat.'' (HR Bukhari).
Dari kedua acuhan tersebut telah jelas bahwa optimistis merupakan
sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya seorang Muslim. Karena
dengan optimistis, langkah kita akan tegar menghadapi setiap cobaan dan menatap
masa depan penuh dengan keyakinan. Karena garis kehidupan setiap manusia sudah
ditentukan-Nya. Dan kita sebagai seorang muslim akan selalu berusaha semaksimal
mungkin mencapai cita-cita dengan penuh keikhlasan karena Allah.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
yang muncul dari makalah ini adalah:
a.
Apakah
pengertian dari optimisme?
b.
Apakah
pengaruh sikap optimisme bagi kehidupan manusia?
c.
Kepada
siapa sajakah kita harus bersikap optimis?
d.
Bagaimana
cara kita menumbuhkan sifat optimis?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PengertianIslam
dan Optimisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa arti
optimis: orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi
segala hal.
Optimisme memiliki dua pengertian. Pertama, optimisme adalah
doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan yang lebih
bagus untuk kita. Kedua, optimisme
berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi, peristiwa atau hasil yang
lebih bagus. Atau optimis juga berarti kita meyakini adanya kehidupan yang
lebih bagus dan keyakinan itu kita gunakan untuk menjalankan aksi yang lebih
bagus guna meraih hasil yang lebih bagus.
Dapat juga dipahami sebagai paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari
segi yang baik dan menyenangkan atau diartikan suatu sikap selalu mempunyai
harapan baik dalam segala hal.
Optimistis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang
dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimistis, seseorang akan bersemangat
dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun kehidupan di
akhirat kelak.
B.
Pengaruh
Sifat Optimisme
Pengaruh
dari sifat optimisme bagi kehidupan manusia antara lain adalah
Pertama, optimisme dapat menumbuhkan cinta akan kebaikan di dalam
diri manusia dan memunculkan perkembangan baru atau trobosan-trobosan baru dalam
pandangannya tentang kehidupan.
Kedua, optimisme mampu mengurangi sejumlah permaslahan dalam kehidupan manusia. Karena orang
tersebut akan mempunyai inisiatif-inisiatif dalam sosusi masalah yang
dihadapinya. Wajah-wajah orang yang meniliki sifat optimis akan memancarkan
kebahagian dan kepuasan dalam segala situasi dan kondisi.
Ketiga, orang yang menjadikan sifat optimis sebagaibagian
dari kehidupannya, maka akan tumbuh kepercayaan di antara anggota masyarakat.
Dan kepercayaan tersebut yang akan memulihkan dan memajukan umat dan bangsa
yang sudah krisis akan kepercayaan dan moral.
Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna
mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di
akhirat. Dengan adanya sikap optimistis dalam diri setiap Muslim, kinerja untuk
beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan
baik. Doa, ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya
dengan kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud.
C.
Bersikap
Optimis dan Positif
Kita harus mampu menerapkan sikap optimis dalam diri kita pada
kehidupan sehari-hari.Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita
juga harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri. Berpikir
positif tidak hanya kepada Allah SWT tetapi juga kepada diri sendiri, orang
lain, dan waktu.
1.
Berpikir
Positif Kepada Sang Pencipta.
Setiap kejadian, di dunia ini telah Allah atur dengan secermat-cermatnya
dan semuaperistiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Oleh
sebab itu, semua kembali kepada kita.Bagaimana kita menyikapi setiap kejadian
itu sebagai seorang muslim melalui akal dan pikiran yang dilandasi dengan
ilmu-ilmu Allah. Kemudian kita mengambil pelajaran dari setiap kejadian
tersebut dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku sehari-hari.
2.
Berpikir
Positif Terhadap Diri Sendiri
Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena
bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada
saja perbedaan antara keduanya. Sifat dan pribadi unik itu, harus kita jaga.
Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita
dalam menjalani kehidupan ini. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau
diri kita sendiri meremehkan dan tidak ‘mengangkatnya’.
Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia
ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel
sperma yang disemprotkan Bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus
dinding telur Ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, “sang juara”. Hal
ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani
hidup ini.
3.
Berpikir
Positif Pada Orang Lain
Orang lain ialah manusia biasa yang sama dengan kita. Mereka mempunyai
kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nurani mereka sendiri juga tidak
menginginkannya. Kita harus dapat belajar dari sisi positiforang lain dan
menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.
4.
Berpikir
Positif Pada Waktu
Setiap manusia diberi waktu yang sama, dimana pun dia berada. Waktu
tidak akan kembali dan tidak akan protes kita gunakan untuk apa saja. Namun,
setiap detik dalam hidup kita akan diminta pertanggungjawabannya kelak nanti.
Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh atau kebaikan
dan berada dalam keimanan, maka akan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Untuk memaksimalkan potensi optimisme yang ada pada diri seseorang,
kuncinya adalah diri kita perlu dibangun dengan kebiasaan positif setiap saat. Dan kita berdoa, agar Sang Penguasa diri ini
memberi kemampuan kepada kita untuk membangun pribadi yang tangguh dan pantang menyerah.
D.
Cara
menumbuhkan sifat optimis
1.
Bertawa kepada Allah setelah
melakukan ikhtiar.
Setelah kita
berusaha dengan semaksimal mungkin, maka kemudian kita harus bertaqwa kepada
Allah SWT karena berusaha tanpa berdoa kepada Allah SWT sebagai Maha Pencipta
merupakan sebuah tindakan yang sombong. Namun apabila kita berdoa namun tidak
berusaha maka hal tersebut sama saja bohong karena tidak ada usaha sedikitpun
dari kita. Jadi setelah kita berusaha dengan sungguh-sunggu maka waktunya
adalah bertaqwa dan menyerahkan semua hasil dari usaha kita kepada Allah SWT
disertai dengan sifat optimis sebagi penguatnya.
2.
Meyakinkan diri kita bahwa Allah SWT akan selalu
menolong dan memberi jalan keluar.
Sebagai
seorang muslim kita harus yakin kepada Allah SWT bahwa Allah akan menolong kita
dan memberkan kita jalan keluar disetiap permasalahan yang kita hadapi. Karena
janji Allah bahwa “Allah tidak akan menguji suatu kaum melebihi batas
kemampuannya”. Jadi sebagai seorang
muslim kita harus selalu bersikap optimis apabila kita sedang ditimpa musibah.
Kita harus yakin bahwa musibah itu pasti dapat kita lalui karena Allah menolong
kita dan memberikan jalan kepada kita sesuai dengan janji-Nya
3.
Menemukan hal-hal positif dari
pengalaman kita di masa lalu.
“Pengalaman
adalah guru yang terbaik” itu adalah ungkapan pepatah yang sering kita dengar. Dari
pepatah tersebut kita dapat mengambil hikmahnya bahwa dalam setiap pengalaman
kita akan mendapatkan hal-hal yang positif dan negatif. Setelah kita mengetahui
hal positif dan negatif tersebut kemudian kita harus dapat menarik kesimpulan
dengan menjadikan hal yang baik sebagai uswatun hasanah dan yang negatif
sebagai pelajaran.
4.
Mengubah pandangan diri kita
terhadap kegagalan.
“Kegagalan
adalah kunci keberhasilan” atau “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.
Kedua ungkapan tersebut menggambarkan bahwa kita tidak boleh meratapi
kegagalan, namun kita harus mengubah pandangan kita tentang kegagalan yaitu
bahwa kita tidak boleh hanya meratapi kegagalan itu saja namun juga harus
mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut dan kita dapat menjadikannya
pengalaman dan sebagai motivasi bagi kita untuk meraih kesuksesan yang tertunda
tersebut. Serta optimis dari dalam diri kita sendiri untuk mengubah kegagalan
tersebut menjadi sebuah keberhasilan.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Optimistis
merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam Islam.
Dengan sikap optimistis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan,
baik demi kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak.
Pengaruh
dari sifat optimisme bagi kehidupan manusia antara lain adalah
·
dapat menumbuhkan cinta akan
kebaikan di dalam diri manusia dan memunculkan perkembangan baru atau
trobosan-trobosan baru dalam pandangannya tentang kehidupan.
·
mampu mengurangi sejumlah
permaslahan dalam kehidupan manusia.
·
akan tumbuh kepercayaan di antara
anggota masyarakat yang akan memulihkan dan memajukan umat dan bangsa yang
sudah krisis akan kepercayaan dan moral.
Setelah mampu
bersikap optimis, kemudian membiasakan berpikir secara positif dan percaya
diri. Berpikir positif tidak hanya kepada Allah SWT tetapi juga kepada diri
sendiri, orang lain, dan waktu.
Cara
menumbuhkan sifat optimis adalah dengan bertakwa kwpada ALLAH SWT, meyakinkan
kepada diri kita bahwa ALLAH SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar
kepada kita pada setiap permasalahan, menemukan hal positif dalam masa lalu
kita, dan mengubah pandangan kita terhadap kegagalan.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Munandar, Sulaeman. 1998. Ilmu Budaya Dasar Suatu
pengantar. Bandung: PT.Refika Aditama.
Widagdo, Joko. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
http://www.miqra.blogspot.com
Thursday, January 10, 2013
|
Labels:
manusia
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
about me
Ley's. Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2013
(39)
-
▼
January
(31)
- Manusia dan Optimisme
- PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF FILSA...
- Agama Dan Lingkungan
- Teori dan Studi Kepemimpinan
- Kepemimpinan Umar bin Khattab Khalifah Ke-Dua (634...
- Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
- HUBUNGAN SYARI’AH & TASAWUF
- HAKEKAT PEMBINAAN AKHLAK TASAWUF
- KOMPONEN AKHLAK TASAWUF
- LATAR BELAKANG TIMBULNYA STUDI TENTANG AKHLAK TAS...
- SUMBER-SUMBER AKHLAK TASAWUF
- PEMBAHASAN TASAWUF
- PEMBAHASAN AKHLAK
- Pentingnya Akhlak
- Akhlak Di Kampus Menurut Agama, Etika, dan Budaya
- PEMBENTUKAN AKHLAK TERPUJI KEPADA ANAK
- Pendidikan Karakter
- Makalah Intelegensi
- PENDIDIKAN MORAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN
- HADIS DAN PENGERTIANNYA
- Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
- KURIKULUM SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH IBTID...
- Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang STANDAR PRO...
- Pengelolaan Pendidikan Taman Kanak-kanak
- PANDUAN KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK M...
- MANUSIA PARIPURNA
- ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME
- Makalah Rasa Agama
- Akhlak
- ADMINISTRASI KURIKULUM
- ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
-
▼
January
(31)
0 comments:
Post a Comment